Tuesday, 30 October 2012

Islam Tradisional Bertumpu Pada Nilai-nilai Ke-Islaman




Nilai-nilai ke-Islaman begitu agung dalam realita kehidupan. Mengingat Islam mengajarkan tentang berbagai hubungan yang indah, baik hubungan antar sesama, hubungan antar alam, dan hubungan terhadap sang maha Khalik

Islam merupakan agama yang mempunyai nilai-nilai keindahan, perdamaian, dan beragam nilai-nilai lain, Karena Islam mengandung nilai-nilai positif dalam membangun akhlakul karimah ditengah-tengah realita kehidupan. Bahkan Islam juga mengajarkan tentang keadilan, ketegasan dalam menghadapi keberagaman tentang berbagai permasalahan ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Membangun kehidupan masyarakat membutuhkan sebuah bangunan pondasi yang kuat, agar dalam menerjemahkan berbagai realita kehidupan mampu tepat sasaran, untuk meletakkan tentang makna kebenaran. Mengingat Islam ajaran yang sempurna dalam mengajarkan tentang makna kehidupan secara tepat ditengah-tengah realita masyarakat.

Islam mengajarkan lima unsur pokok dalam tatanan nilai-nilai ke-Islaman, yaitu: Aqidah,  Syariah, Muamalah, Akhlak, dan Ilmu Pengetahuan, Kelima unsur inilah yang menjadi pondasi Islam, untuk mencapai kehidupan yang maslahat didunia maupun diakhirat.

Tiga pokok ajaran Islam tertuang dalam Aqidah, Syari'ah dan Akhlak, ketiga pokok dalam ajaran Islam ini, sangat urgen dalam denyut nadi kehidupan ke-Islaman. Mengingat ketiga pokok dalam ajaran Islam tersebut, sangat berpengaruh mengandung tatanan nilai-nilai ke-Islaman ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam mempunyai aturan agung dalam berbagai tatanan realita kehidupan. Mengingat Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, Mengatur hubungan manusia dengan manusia, Mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya (makhluk lain).

Keberadaan ajaran Islam dengan sederet karakteristik, diantaranya: bahwa ajaran Islam merupakan agama fitrah sebagai bentuk penyempurna agama lain. Mengingat Islam agama yang sangat sempurna dalam menata beragam realita kehidupan yang penuh kekompleksitasan permasalahan kehidupan. Namun Islam mampu memberikan sebuah keteladanan yang arif dan bijaksana ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Islam sebagai pedoman kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Mengingat Islam mengajarkan tentang tatanan moral dalam membangun masyarakat yang lebih santun, agar tercipta sebuah tatanan kehidupan yang penuh dengan kemaslahatan.

Islam juga sebagai pendorong kemajuan disegala aspek kehidupan, agar masyarakat mampu menguasai berbagai ilmu pengetahun, dan tercipta sebuah masyarakat yang penuh dengan paradigma pemikiran yang cerdas dalam menggapai sebuah tujuan hidup, baik kehidupan didunia maupun kehidupan diakhirat.

Dengan berbagai ajaran Islam dengan segudang nilai-nilai positif dalam tatanan kehidupan. Islam tradisional sebagai wadah ke-Islaman dalam membentuk masyarakat yang penuh kemandirian tinggi, dan juga mendorong sebuah tatanan sosial, agar lebih baik ditengah-tengah kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai ke-Islaman begitu agung dalam memberikan kontribusi positif, untuk menuju kehidupan yang lebih progress, dan dinamis ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam tradisional bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Mengingat nilai-nilai ke-Islaman begitu agung, baik dari segi hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Allah, dan juga hubungan manusia dengan alam sekitarnya (makhluk lain). Sehingga Islam begitu sempurna dengan segudang nilai-nilai ke-Islamannya.

Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan membimbing kami dijalan yang benar, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Wednesday, 24 October 2012

Gus Dur dan Wali Songo




Wali  Songo merupakan manusia linuwih dengan segala kamampuan yang dimilikinya penuh dengan karomah yang sungguh menakjubkan. Sehingga keberadaan Wali Songo di Nusantara, khususnya ditanah Jawa sangat urgen bagi perjalanan sejarah panjang datangnya agama Islam. Mengingat Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa pada zaman kepengker.

Zaman kepengker (zaman klasik) Wali Songo berperan sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam memberikan berbagai ilmu batin maupun zahir ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat. Sehingga Wali Songo dikenal masyarakat sebagai guru agama dalam mengajarkan beragam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Keberadaan Wali Songo bah legenda besar ditanah Jawa dengan segudang pemikirannya, untuk menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan kepribadian dan karakter masyarakat setempat, dengan tetap mengedepankan Al-Qur'an dan Hadits sebagai rujukan dalam mencari kebenaran sejati.

Sopan santun dalam berdakwah Wali Songo sangat menyentuh realita kehidupan masyarakat. Sehingga tak jarang Wali Songo mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat, pada saat menyebarkan ajaran Islam ditengah-tengah keberagaman masyarakat.

Dakwah bilhal dan dakwah bilmal merupakan senjata ampuh Wali Songo dalam memberikan suri tauladan kepada khalayak umum, untuk terus melakukan perbuatan baik ditengah-tengah realita kehidupan. Sehingga dalam kehidupan masyarakat terpupuk kesadaran tinggi tentang akhlakul karimah yang berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Wali Songo dalam berdakwah (menyeru kebaikan) sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam syiar Islam diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam melakukan syiar Islam yang penuh sopan santun tinggi, dan tegas dalam melakukan aktivitas dakwah, untuk menyebarkan kalimat tayibah ditengah-tengah realita kehidupan.

Sedangkan Gus Dur merupakan pemuka agama dengan sebutan "Kyai", Gus Dur dianggap sebagai manusia linuwih diatas rata-rata kemampuan manusia pada umumnya, bagaimana tidak? Gus Dur mampu melihat peta bangsa dengan penuh kejeniusan yang sungguh menakjubkan, ditambah lagi budi pekerti dan ketulusan Gus Dur dalam memperjuangan tentang makna kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, dengan penuh kegigihan dalam melakukan bentuk perjuangan. Sehingga Gus Dur sangat wajar dijadikan pemimpin bangsa dengan jabatan sebagai presiden negara. Mengingat jasa besar Gus Dur sebagai guru bangsa yang telah memberikan suri tauladan ditengah-tengah realita keberagaman hidup dinegeri Nusantara.

Gus Dur sosok pertama dari kaum Kyai yang pernah menjabat kepala negara dinegeri Indonesia. Mengingat sebelum Gus Dur menjadi presiden belum ada kaum Kyai yang mampu menduduki jabatan sebagai kepala negara. Sehingga nama Gus Dur dengan segudang paradigma pemikirannya mampu memberikan pencerahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gus Dur dan Wali Songo merupakan tokoh besar umat muslim diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa.sebagai peletak dasar pemikiran tentang ke-Islaman, untuk terus melakukan sebuah rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan, agar sebuah bangsa mampu berdiri tegak dengan karakter, watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam menerjemahkan disetiap permasalahan tentang hidup berbangsa dan bernegara.

Nama Gus Dur dan wali Songo tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat jasa dan keberanian beliau dalam melakukan sebuah perjuangan, untuk terus membangun masyarakat ditengah-tengah keberagaman,  tetapi perjuangan Gus Dur dan wali Songo dalam memperjuangkan ditengah-tengah realita kehidupan tak lepas dari kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Sosok Gus Dur dan Wali Song sampai akhir hayatnya akan menjadi inspirasi jutaan umat manusia, untuk terus melakukan perjuangan atas nama kemanusiaan, dan bersumber pada ajaran agama Islam sebagai agama kebenaran ditengah-tengah realita kehidupan.

Makam Gus Dur dan wali Songo sampai saat ini, tidak pernah sepi dari para peziarah. Bahkan makam Gus Dur dan Wali Songo .menjelma menjadi wisata religi, karena para peziarah masih mengingat segar jasa besar Gus Dur dan Wali Songo dalam menegakkan panji-panji kebenaran.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Tuesday, 16 October 2012


Islam Tradisional Berpangkal Pada Kearifan Lokal



Kearifan lokal adalah gagasan atas nilai-nilai realita kehidupan masyarakat setempat dengan berpegang pada kebijaksanaan, penuh kearifan, bernilai positif yang tertanam dalam realita kehidupan masyarakat. Mengingat kearifan lokal merupakan sebuah pandangan masyarakat dalam memberikan sebuah nilai-nilai berdasarkan realita kehidupan secara menyeluruh. Sehingga kearifan lokal sebagai tatanan kehidupan masyarakat setempat dalam membangun sebuah bangsa dan negara.

Keberadaan kearifan lokal didalam kehidupan masyarakat merupakan sebuah realita yang tak dapat dibantah lagi. Sehingga kearifan lokal dengan semangat membangun diberbagai daerah perlu sebuah dukungan dari berbagai pihak, agar keberhasilan dalam membangun masyarakat didaerahnya dapat terwujud sesuai dengan arah pembangunan sebuah peradaban yang penuh dengan kemajuan dalam membangun.


Membangun masyarakat lokal perlu ada sebuah gagasan dalam membentuk sebuah paradigma pemikiran. Bahwa masyarakat sudah saatnya diberikan ruang dan waktu dalam berpikir secara naluri masing-masing individu, untuk menggagas sebuah kemajuan didaerah masing-masing dalam realita tatanan kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman.

Kehidupan masyarakat setempat tak dapat dipungkiri lagi. Bahwa keberagaman dalam membentuk sebuah gagasan merupakan sebuah realita, tetapi pada substansinya masyarakat menginginkan sebuah kemajuan dengan berdasarkan tabiat masyarakat setempat, agar keberhasilan dapat tumbuh berkembang sejalan dengan kearifan lokal.

Masyarakat setempat sudah saatnya diberi ruang dan waktu, untuk berkreasi penuh dalam menumbuh-kembangkan semangat daya juang dalam membangun sebuah daerah yang penuh arif dan bijaksana, agar kepribadian dan watak dalam membangun sebuah daerah dapat menjadi pelecut, penyemangat dalam memberikan sebuah gagasan positif dalam membangun sebuah bangsa dan negara.

Kepribadian dan watak masyarakat setempat, tentu jangan sampai dijadikan komoditi politis sepihak dari masyarakat asing yang ingin menguasai sumber daya alam setempat, tetapi kepribadian dan watak masyarakat setempat sudah semestinya diberi sebuah gagasan dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang berlandaskan pada ajaran Islam.

Islam merupakan agama rahmat bagi seluruh alam. Sehingga Islam menolak dengan tegas segala bentuk perbudakan maupun bentuk nilai-nilai yang bertentangan dengan kemanusiaan. Bahkan Islam sangat menyentuh ditingkat infrastruktur maupun suprastruktur dalam memberikan sebuah tatanan ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat setempat.

Sedangkan perspektif Islam tradisional dalam melihat berbagai aspek kearifan lokal, sudah seharusnya masyarakat setempat diberi ruang dan waktu dalam menumpahkan berbagai gagasan, untuk terus berkembang dalam menatap kemajuan zaman yang semakin maju dalam peradabannya.

Islam tradisional berpangkal pada kearifan lokal. Karena kemajuan sebuah daerah tak lepas dari peran kearifan lokal, kalau kearifan lokal dapat disinergikan dengan nilai-nilai ke-Islaman, tentu akan tercipta sebuah masyarakat yang penuh rahmat, dan sangat positif dalam membangun sebuah realita kehidupan.

Kearifan lokal sudah saatnya mendapatkan perhatian disemua pihak, agar kearifan lokal dapat tumbuh berkembang sejalan dengan realita kehidupan masyarakat setempat, apalagi melihat perkembangan zaman yang semakin mengglobal.

Peran kearifan lokal dalam membangun sebuah bangsa dan negara sangat urgen. Karena disaat kearifan lokal disuatu daerah dapat berkembang, begitu juga kearifan lokal didaerah lain dapat tumbuh-berkembang, tentu akan menghasilkan sebuah tatanan dari berbagai daerah yang berpangkal pada kearifan lokal dengan menghasilkan sebuah nilai-nilai kemajuan yang penuh keberagaman. Sehingga sebuah bangsa dan negara mampu berdiri kokoh tak lain dan tak bukan. Karena kearifan lokal dapat tumbuh berkembang diberbagai daerah pinggiran maupun pusat-pusat kota. 

Berangkat dari kearifan lokal yang tumbuh subur disertai semangat membangun daerah masing-masing. Maka bangsa dan negara menjadi kuat dalam segala aspek kehidupan. Karena kearifan lokal mampu mencapai ranah diberbagai realita kehidupan, baik masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya, tehnologi dan berbagai aspek lain.

Semoga Allah SWT selalu memberi pencerahan gagasan kepada kami semua, Amiin...........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Islam Tradisional dan Tehnologi






Tehnologi mulai berkembang pesat dari pelosok desa sampai pusat-pusat kota, apalagi tehnologi sudah semakin canggih dari hari-kehari. Sehingga tehnologi secara langsung sebagai pemicu kemajuan peradaban manusia yang terus mengalami perkembangan yang sungguh menakjubkan.

Kemajuan tehnologi merupakan sebuah realita yang penuh tantangan, untuk terus dikaji dalam membangun sebuah peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya, agar manusia berikutnya lebih mudah dalam mengakses segala informasi maupun komunikasi.

Membangun tehnologi membutuhkan sumber daya manusia yang handal, baik dari segi paradigma pemikiran maupun dari segi realita empirik, agar keberhasilan membangun tehnologi dapat bermanfa'at secara luas ditengah-tengah realita masyarakat.

Zaman dahulu kala, sebelum ada tehnologi yang canggih, manusia saat bepergian cukup jalan kaki atau naik binatang ternak, seperti: Kuda, Kerbau, Unta, Gajah atau binatang ternak lain, tetapi ketika zaman sudah berganti dari zaman klasik menuju zaman tehnologi, manusia saat bepergian sudah berganti naik mobil, motor, pesawat, kereta, dan berbagai jenis transportasi lain.

Pergantian zaman merupakan sebuah langkah perubahan dari zaman batu sampai zaman revolusi tehnologi, tentu realita dari rentetan perjalanan zaman tak lepas dari paradigma pemikiran yang terus berkembang dari hari-kehari atau dari tahun-ketahun. Bahkan lebih jauh dari itu, bahwa tehnologi telah merubah yang jauh menjadi dekat, sedangkan yang dekat semakin lebih dekat. Karena alat komunikasi dan informasi semakin luar biasa keberadaannya.

Komunikasi dan Informasi pada zaman dahulu kala masih bersifat sederhana, baik melalui tatap muka langsung atau surat menyurat dalam memberikan sebuah informasi maupun komunikasi, tetapi sejak terdapat tehnologi yang super canggih, ternyata dalam memberikan sebuah informasi maupun komunikasi semakin cepat dalam hitungan persekian detik, baik melalui email, jejaring sosial, HP atau berbagai macam cara tehnologi lain, untuk memberikan sebuah informasi maupun komunikasi secara cepat ditengah-tengah realita kehidupan.

Keberadaan tehnologi merubah cara pandang masyarakat dalam mengeja langkah kehidupan, walau tehnologi belum secara maksimal memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi paling tidak kedepan tehnologi akan terus berkembang pesat ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang semakin haus akan kekayaan informasi maupun komunikasi.

Sedangkan keberadaan Islam tradisional pada masa revolusi tehnologi, menempatkan diri sebagai subyek perubahan dalam membangun kemajuan informasi maupun komunikasi, agar masyarakat secara luas terus berkembang pesat dalam membangun jati diri sebagai bangsa dan negara yang beradab.

Islam tradisional pada masa revolusi tehnologi menekankan sebuah langkah terobosan ditengah hiruk-pikuk era keterbukaan, agar tetap pada jalur paradigma pemikiran. Bahwa Islam tradisional tetap mengacu pada kearifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai ke-Islaman. Mengingat kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman sangat urgen membangun masyarakat yang lebih baik, dan cerdas dalam memahami beragam realita kehidupan.

Islam tradisional dan tehnologi merupakan sebuah ikatan yang kental dalam realita kehidupan, apalagi keduanya saling melengkapi antar satu sama lain, untuk menerjemahkan berbagai realita ditengah-tengah keberagaman masyarakat.

Keberadaan tehnologi dapat dijadikan sebagai alat Islam tradisional dalam menyebarkan sebuah gagasan, baik melalui media maupun melalui jejaring sosial dalam membangun masyarakat secara utuh dan kaffah.

Semoga Allah SWT selalu memberi hidayah kepada kami semua, Amiin...........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Saturday, 13 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Keterbukaan





Zaman terus berubah dari masa ketertutupan menuju masa keterbukaan. Karena zaman berjalan seiring tingkat pola pikir manusia dalam membangun sebuah peradaban. Mengingat manusia pada zaman dahulu  kala belum terlalu jauh mengenal tehnologi, tetapi pada zaman sekarang perubahan terus menggeliat dalam kehidupan, baik masalah informasi maupun komunikasi yang terus mengalami kemajuan pesat.

Kemajuan pesat melalui komunikasi maupun informasi terus terjadi, apalagi dipersekian detik terus terdapat pemberitaan secara global diseluruh belahan bumi. Karena zaman dari masa kegelapan informasi maupun komunikasi beralih menuju masa keterbukaan informasi maupun komunikasi. Karena revolusi besar telah terjadi pada perangkat komputerisasi maupun internetisasi. Sehingga menghasilkan informasi maupun komunikasi secara cepat dalam hitungan dipersekian detik.
Masa keterbukaan semakin tak dapat dibendung lagi dalam kehidupan masyarakat. Karena masyarakat semakin banyak menggunakan perangkat komputer dengan mengakses jaringan internet yang semakin cepat laju informasi maupun komunikasi ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Dengan adanya informasi maupun komunikasi dalam hitungan dipersekian detik sudah menyebar kepenjuru belahan bumi, mau tidak mau genderang masa keterbukaan tak dapat dielakkan lagi. Sehingga perubahan zaman dari masa ketertutupan berubah menjadi masa keterbukaan.

Zaman berubah dari masa ketertutupan menuju masa keterbukaan sudah tak dapat dibantah lagi, lalu muncul sebuah pertanyaan pada masa keterbukaan, bagaimana posisi Islam Tradisional dalam menempatkan sebuah masa yang berbeda? Islam tradisional merupakan sebuah pandangan dengan mengedepankan kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dengan perubahan masa, Islam tradisional tetap berpikir progress dalam menempatkan beragam realita, tetapi semua tetap pada akar budaya, watak dan kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Islam tradisional pada masa keterbukaan merupakan sebuah masa yang penuh tantangan diera globalisasi. Sehingga dengan segala daya upaya Islam tradisional terus membangun paradigma pemikiran yang sesuai dengan kepribadian dan watak masyarakat diseluruh penjuru Nusantara.

Memang zaman sudah mengarah pada masa keterbukaan, dengan adanya sebuah revolusi komunikasi maupun informasi tak dapat dibantah lagi, apalagi disetiap persekian detik informasi maupun komunikasi muncul diberbagai jejaring sosial dan media massa, baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Keberadaan Islam tradisional pada masa keterbukaan dapat dikatakan sebagai wajah ke-Islaman dalam membangun pola pikir masyarakat, agar mencapai sebuah paradigma pemikiran yang arif dan bijaksana, walau masa terus berganti dari zaman kezaman, tetapi pada substansinya Islam tradisional tetap sebagai wadah membangun kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Semoga Allah SWT selalu memberi perlindungan kepada kami dimanapun berada, Amiin.........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Membangun Pendidikan ala Islam Tradisional






Pendidikan merupakan pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga pendidikan sangat urgen bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Mengingat pendidikan sebagai peletak dasar awal mula membangun sumber daya manusia, sebelum terjun langsung ditengah-tengah kehidupan masyarakat.


Membangun pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak. Karena kearifan lokal salah satu watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam mengeja langkah menuju kehidupan sejati.

Kearifan lokal modal awal dalam membangun para pelajar, agar kedepan para pelajar mengerti dan paham akan realita kehidupan. Sehingga para pelajar menemukan jati diri sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebatas teoritis belaka, tetapi lebih mengena pada kehidupan secara nyata.

Kehidupan pendidikan di negeri Nusanatara, sudah semestinya membangun jiwa dan ruh dalam kehidupan para pelajar, agar para pelajar mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfa'at dalam menatap masa depan, tetapi pendidikan yang terjadi saat ini, ternyata tak jarang ditemukan ilmu yang jauh dari kearifan lokal. Sehingga para pelajar berada dalam tekanan kubangan asing, apalagi para pelajar diwajibkan belajar berbagai idiologi luar yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tentu pendidikan model seperti ini, cenderung mengarah pada westernisasi.

Pendidikan di Nusantara sudah saatnya berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah realita tang tak dapat ditolak. agar dapat membangun watak dan kepribadian para pelajar yang sesuai dengan moral kebangsaan.

Ketika moral bangsa terjadi sebuah istilah rekonstruksi, berarti bangsa dan negara mengalami kehidupan yang sehat, tetapi disaat sebuah bangsa terjadi istilah destruktif moral, berarti sebuah bangsa dan negara mengalami regresi dibawah titik nadir yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Keberadaan kearifan lokal yang bertumpu pada niali-nilai ke-Islaman merupakan sebuah pandangan Islam tradisional dalam membangun sebuah pendidikan, agar pendidikan di negeri Nusantara dapat berkembang dan mengalami kemajuan sesuai kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dibantah dalam membangun pendidikan di negeri Nusantara, agar pendidikan semakin jaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih bermanfa'at, apalagi kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman dapat di ibaratkan "jiwa dan raga" yang tak dapat dipisahkan.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pendidik di negeri Nusantara, Amiin..........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Friday, 12 October 2012

Menentukan Jenis Kelamin HAM ala Islam Tradisional






Jenis kelamin HAM yang ada di Indonesia masih bersifat abu-abu, padahal sudah semestinya HAM berpihak pada kearifan lokal, dan menjunjung tinggi falsafah tepa selira, bukan kebebasan dan keterbukaan yang berpangkal pada westernisasi.
 
HAM di Indonesia tak jarang menjadi alat westernisasi. Sehingga banyak kebijakan para pengiat HAM yang lebih membela rok mini, dari pada menegakkan nilai-nilai sopan santun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
 
Nah! kalau HAM di Indonesia sudah berbentuk westernisasi, berarti HAM di Indonesia telah menjadi propaganda para penggiat westernisasi dalam menegakkan nilai-nilai yang diusung dari bangsa barat. Mengingat nilai-nilai bangsa barat tak jarang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal.
 
Keberadaan HAM di Indonesia bagai buah simalakama, bagaimana tidak? HAM terlihat indah dibagian luarnya, tetapi sangat menusuk dibagian dalamnya, tentu ini merupakan sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri atas nama HAM yang ada dinegeri Indonesia.
 
Berbagai gagasaan HAM memang terasa indah, apabila tidak bisa membedakan antara falsafah tepa selira dengan falsafah liberalisme ala barat. Karena HAM tak jarang berlindung atas nama liberalisme, padahal liberalisme yang dibangun dalam paradigma HAM bersifat westernisasi, tetapi bukan falsafah tentang sopan santun dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat.
 
Menentukan jenis kelamin HAM di Indonesia, sudah semestinya menggali dari falsafah nilai-nilai kearifan lokal, dan berpangkal pada nilai-nilai agama Islam, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Mengingat kearifan lokal merupakan kepribadian dan watak masyarakat, sedangkan nilai-nilai ke-Islaman merupakan ajaran agung dalam menentukan arah kebenaran dalam kehidupan didunia maupun diakhirat.
 
Islam tradisional merupakan sebuah gagasan dalam menggali kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga Islam tradisional terus berupaya memberikan sebuah pandangan tentang berbagai fenomena klasik sampai fenomena kontemporer yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat secara luas.
 
Semoga Allah SWT selalu memberi pencerahan kepada para pembaca tulisan singat ini, Amiin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Tuesday, 9 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Reformasi






Masa reformasi menjadi tonggak perjalanan sebuah bangsa besar dalam membangun kekuatan yang bertumpu pada demokrasi, tetapi dalam perjalanan reformasi menghadapi beragam kendala yang membelit kehidupan sebuah bangsa dan negara. Mengingat reformasi sebuah masa dengan slogan kebebasan dan keterbukaan.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi menghasilkan beragam corak pandang masyarakat dalam mengungkap sebuah realita kehidupan. Namun dengan masa kebebasan dan keterbukaan banyak paradigma yang menyimpang dari nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga dengan realita putaran arus kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami berbagai kendala yang sangat mengkhawatirkan.

Perang idiologi pada masa reformasi, begitu menggeliat dalam kehidupan masyarakat, baik idiologi liberalisme, sekulerisme, marxisme, nihilisme, positivisme, khilafahisme dan masih banyak lagi bangunan idiologi yang hadir pada arus reformasi.

Kehadiran reformasi merupakan sebuah puncak pertarungan beragam idiologi ditengah-tengah masyarakat, baik idiologi yang mengusung minoritas maupun mayoritas. Sehingga kekacauan dalam pola pikir terjadi pada masa reformasi, apalagi reformasi mengandung sebuah nilai-nilai kebebasan dan keterbukaan, tentu membuat banyak pihak memanfaatkan momentum reformasi dengan segudang pemikirannya.

Liberalisme dengan berbaju westernisasi tak ketinggalan meramaikan pertarungan idiologi. Bahkan tak jarang liberalisme masuk dalam kajian ke-Islaman, tentu diharapkan mampu mencapai sebuah pemikiran yang sesuai dengan bangsa barat. Mengingat paradigma liberalisme sangat menyimpang dari tatanan masyarakat pribumi sebagai bangsa yang berpegang teguh pada falsafah tepa selira.

Membangun gagasan pada masa reformasi merupakan sebuah realita yang nampak mencerahkan, tetapi ternyata tak jarang bangunan reformasi bersifat abal-abal. Mengingat kebenaran pada masa reformasi sulit dibedakan antara hitam dan putih, semua terasa sulit saat memilah antara sesat dan benar menjadi abu-abu kebenaran.

Masa reformasi tak jarang geliat kebebasan dan keterbukaan disalah-gunakan. Sehingga menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang menyimpang dari kearifan lokal, tentu peristiwa reformasi yang disalah-gunakan harus diluruskan sesuai dengan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Islam tradisional pada masa reformasi sebagai garda depan dalam membangun sebuah gagasan dengan mengangkat kearifan lokal yang berpangkal pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah sinergi yang saling melengkapi antara masyarakat pribumi dengan iklim sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.

Pendidikan salah satu pintu gerbang terbesar pada masa reformasi dalam mengubah sendi-sendi kehidupan. Sehingga banyak sekali paradigma pemikiran dari bangsa asing yang hadir dalam dunia pendidikan. Mengingat pendidikan salah satu tempat yang tepat dalam membentuk karakter masyarakat yang sesuai dengan kepentingan para politisi.

Pada masa reformasi sudah semestinya dimulai dengan membangun paradigma pemikiran yang berakar pada kearifan lokal. Karena kearifan lokal merupakan jati diri sebuah bangsa, apabila jati diri sebuah bangsa tidak mendapatkan tempat yang semestinya, tentu sangat mengkhawatirkan akan terjadi polemik sosial yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Memberdayakan kearifan lokal, tentu disertai nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah realita yang saling bersinergi satu sama lain. Karena kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah perpaduan antara ruh dan raga.

Keberadaan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas, sudah semestinya pada masa reformasi menjadi acuan dalam membangun sebuah bangsa dan negara. Karena kalau sebuah bangsa dan negara hanya bertumpu pada kebebasan dan keterbukaan, tentu akan terjadi sebuah penyimpangan dalam kehidupan. Mengingat kebebasan dan keterbukaan belum mempunyai jenis kelamin yang jelas.

Kebebasan dan keterbukaan sudah seharusnya tidak berjenis kelamin ganda, tetapi berjenis kelamin pada akar kehidupan masyarakat lokal, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat antara masyarakat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi tak jarang dimanfa'atkan segelintir kelompok dengan mengatasnamakan HAM, tetapi pada substansinya segelintir kelompok tersebut, ingin memasukkan paradigma pemikiran yang bersandarkan pada gerakan westernisasi.

Lalu muncul pertanyaan dari lubuk hati yang paling dalam, kebebasan dan keterbukaan seperti apa yang tepat pada masa reformasi? Jawabannya sederhana, tentu tidak lain dan tidak bukan, kebebasan dan keterbukaan yang sesuai dengan falsafah kearifan lokal dengan bersandar pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dapat menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang sehat ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT selalu memberi rahmat dan berkah kepada para pembaca tulisan singkat ini, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Friday, 5 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Kemerdekaan






Masa kemerdekaan merupakan masa kebahagiaan seluruh anak bangsa, Bagaimana tidak? Karena masa kemerdekaan merupakan sebuah masa puncak perjuangan dalam merebut sebuah kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing. Sehingga masa kemerdekaan menjadi sebuah masa kebanggaan anak bangsa dalam mengembalikan harkat dan martabat sebuah bangsa yang besar dinegeri Nusantara.

Sekitar tiga setengah abad masyarakat Nusantara dalam kubangan penjajahan bangsa asing, membuat Islam tradisional sebagai anak bangsa melakukan berbagai kegiatan dalam menolak segala bentuk imperialisme dan kolonialisme, apalagi bentuk imperialisme dan kolonialisme terus berubah wajah, tetapi pada substansinya para penggerak kolonialisme dan imperialisme ingin menguasai kekayaan bangsa dinegeri Nusantara.

Pada masa kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan semangat dukungan dari segenap anak bangsa, untuk mempertahankan kemerdekaan sebuah bangsa yang dihuni ratusan juta manusia. Maka perlu sebuah terobosan dengan terus berusaha membangun disegala aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, militer dan masih banyak lagi yang harus dibangun sebuah bangsa yang merdeka.

Islam tradisional sebuah garda depan dalam membangun sebuah bangsa yang kuat, tentu perlu dibangun sebuah pendidikan yang mampu mecerdaskan anak bangsa. Sehingga pada masa kemerdekaan Islam tradisional menitik-beratkan dengan membangun sebuah pendidikan, mulai dari yang paling sederhana ditingkat kampung kekampung sampai keseluruh penjuru Nusantara.

Membangun pendidikan pada masa kemerdekaan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Mengingat membangun sebuah bangsa yang kuat, diperlukan sebuah bangunan sumber daya manusia yang handal, agar mampu mengelola sebuah bangsa yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan antar golongan.

Kekayaan bangsa Nusantara yang begitu melimpah dari berbagai belahan penjuru desa maupun kota, menunjukkan kalau bangsa Nusantara memerlukan sebuah dorongan dalam melakukan sebuah gebrakan keberhasilan, agar mencapai kesuksessan dalam membangun sebuah bangsa dan negara.

Masa kemerdekaan menjadi masa yang berat dalam melakukan sebuah rekonstruksi total disegala aspek kehidupan, apalagi pada masa kemerdekaan terdapat masyarakat yang masih banyak mengalami buta huruf. Sehingga dibutuhkan sebuah paradigma pemikiran, agar masyarakat Nusantara tercipta sebuah masyarakat yang bebas dari buta huruf. Maka perlu sebuah bangunan pendidikan yang tidak hanya bertumpu pada pendidikan formal belaka, tetapi segala aspek mengenai pendidikan harus dibangun, baik secara formal maupun non formal.

Keberadaan Islam tradisional pada masa kemerdekaan, terus berupaya menanamkan kesadaran. Bahwa bangsa Nusantara harus mampu berdiri dikaki sendiri dalam melakukan berbagai aspek dalam kehidupan. Sehingga Islam tradisional terus melakukan berbagai upaya membangun sebuah bangsa yang besar dan disegani diseluruh belahan bumi.

Membangun sebuah bangsa pada masa kemerdekaan, ternyata tidak semudah yang menjadi prediksi dari sebagian para pemikir. Mengingat masa kemerdekaan masih ada sebagian kelompok bangsa asing yang ingin menguasai bangsa Nusantara, melalui serangkaian gebrakan yang terlihat nampak indah, tetapi dibalik itu terdapat tipu daya yang menyesatkan.

Bangsa asing masih banyak yang ingin menguasai bangsa Nusantara dengan berlindung dibalik HAM, padahal dibalik semua itu, terdapat sebuah gerakan yang ingin melakukan sebuah pemikiran tentang westernisasi, untuk dimasukkan dalam sendi-sendi kehidupan sebuah bangsa yang merdeka.

Wajah baru penjajahan pada masa kemerdekaan, berubah baju dengan istilah liberalisme, sekulerisme, marxisme, nihilisme, positivisme dan masih banyak lagi pemikiran bangsa barat yang berupaya mengelabui anak bangsa.

Peristiwa penjajahan pada masa kemerdekaan menitikberatkan pada aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan berbagai aspek lain, agar gerakan idiologi bangsa barat dapat diterima segenap anak bangsa.

Peran penting Islam tradisional selain membangun moral anak bangsa, tentu melawan segala bentuk idiologi luar yang berwajah manis, tetapi dibalik manisnya wajah tersimpan duri yang siap menusuk sendi-sendi kehidupan masyarakat secara universal.

Pendidikan sebagai salah satu pintu gerbang dalam melakukan berbagai aksi memasukkan berbagai gagasan idiologi dari luar, agar mampu mewujudkan masyarakat yang sesuai dengan keinginan dan harapan bangsa barat dalam melakukan imperialisme maupun kolonialisme disegala aspek kehidupan.

Ekspansi bangsa barat melalui dunia pendidikan, begitu terasa efek yang begitu kuat. Mengingat banyak lulusan dari bangsa barat, telah menjadi duta barat dalam mengkampanyekan pemikiran ala barat, padahal pemikiran bangsa barat sebagian besar jauh dari budaya dan kebiasaan masyarakat secara luas.

Tantangan Islam tradisional pada masa kemerdekaan, begitu berat dalam melakukan kajian tentang realita diberbagai aspek kehidupan. Sehingga dibutuhkan sebuah kesadaran dari masyarakat pribumi, untuk dapat membedakan antara nilai-nilai kemanusiaan dengan nilai-nilai westernisasi, Karena bangsa barat tak jarang melakukan berbagai aksi dengan bersembunyi dibalik atas nama kemanusiaan, padahal fakta dilapangan mereka cenderung pada posisi gerakan westernisasi.

Pendidikan adalah pintu gerbang bangsa barat dalam melakukan berbagai aksi menyebarkan paradigma pemikiran. Sehingga perlu mawas diri, agar mampu mencapai sebuah bangsa yang cerdas dalam membedakan segala idiologi yang masuk melalui jalur pendidikan.

Mengangkat kearifan lokal dengan Nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah jalan yang tepat, untuk membangun sebuah bangsa yang besar pada masa kemerdekaan saat ini, agar dapat mencapai sebuah bangsa yang bermartabat dan jauh dari segala bentuk imperialisme maupun kolonialisme dari bangsa asing.

Masa kemerdekaan dimulai pada tahun 1945, hingga sampai saat ini. Sehingga pada masa kemerdekaan yang penuh dengan geliat tantangan zaman yang semakin terbuka, tentu dibutuhkan spirit mental dari dalam jiwa maupun raga, agar keberhasilan mencapai kebenaran sejati dapat terwujud dengan indah.

Islam tradisional pada masa kemerdekaan terus berupaya melakukan berbagai gerakan positif dalam mengawal panji-panji kebenaran, agar tidak keluar dari jalur membangun masyarakat yang sejahtera, tercipta pemerintahan yang bersih, menjunjung tinggi kearifan lokal, dan tentu semua itu bersumber pada nilai-nilai ke-Islaman sebagai agama kebenaran.

Semoga Allah SWT selalu menolong umat muslim dalam melakukan berbagai kegiatan positif, agar tercipta sebuah bangsa yang besar dan bermartabat, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Kekuatan Iman






Kekuatan iman memiliki kedahsyatan yang menakjubkan dalam diri manusia. Mengingat Iman begitu agung bagi mereka yang mempunyai naluri keimanan. Sehingga ketika manusia mempunyai rasa iman yang tinggi, berarti mereka telah lahir sebagai insan dalam anugerah kemuliaan.

Manusia mempunyai berbagai sumber kekuatan, baik kekuatan rasional maupun dalam bentuk kekuatan lain, tetapi fakta dilapangan kekuatan iman mempunyai kesanggupan yang lebih besar dalam melakukan berbagai cara mengatasi konfliks. Karena iman sebagai tolak ukur kekuatan dari segala kekuatan yang bersemayam dalam diri manusia.

Keberadaan iman dalam kehidupan manusia merupakan sebuah hidayah agung dari sang maha khalik. Sehingga iman sangat urgen bagi kehidupan manusia dalam memperoleh kebenaran sejati

Kekuatan iman merupakan kumpulan dari kekuatan lahir maupun batin. Sehingga kekuatan iman sangat memukau dalam diri manusia, apabila dalam perjalanan nafas manusia selalu terjaga hati dan pikiran melalui kekuatan iman.
Manusia ketika mendapatkan kekuatan iman akan merasakan ketenangan jiwa maupun pikiran, tidak gampang galau dalam menghadapi segala konfliks sosial maupun dalam bentuk segala konfliks. karena iman sudah bersemayam pada diri manusia dalam keadaan yang sungguh menakjubkan.

Keimanan dalam diri manusia mempunyai corak pandang, pada setiap langkah tingkah laku yang mencerminkan Nilai-nilai kebaikan, saat menjalankan berbagai aktivitas hidup manusia, untuk menuju perjalanan dalam naungan sejati.

Semoga Allah SWT selalu memberi keteguhan iman kepada kita semua, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Thursday, 4 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Pertengahan






Masa pertengahan merupakan sebuah masa yang sangat memprihatinkan bagi masyarakat Nusantara, bagaimana tidak? Pada masa pertengahan kawasan Nusantara dalam masa penjajahan bangsa eropa. Sehingga pada masa pertengahan merupakan sebuah masa yang sangat memilukan, bagi sebuah bangunan bangsa dan negara.

Pada masa pertengahan dijadikan sebuah gerakan sejarah besar masyarakat Islam tradisional dalam menggalang sebuah kekuatan, untuk mengusir bangsa eropa dari negeri Nusantara. Sehingga muncullah sejumlah gerakan dari berbagai daerah, untuk melawan penjajahan bangsa eropa.

Memang sudah menjadi catatan besar dari berbagai sumber sejarah, pada masa pertengahan Islam tradisional sebagian besar masyarakat pribumi yang hidup dikawasan Nusantara mengalami berbagai penderitaan, tentu karena disebabkan sejumlah kebiadaban bangsa eropa dalam menjajah bangsa Nusantara. Sehingga tak sedikit masyarakat Islam harus kehilangan nyawa maupun harta benda dalam melakukan sebuah perjuangan mengusir penjajahan dinegeri Nusantara.

Keberadaan bangsa eropa, begitu mencengkram kawasan Nusantara pada masa pertengahan. Sehingga masyarakat Islam tradisional, telah mengalami kerugian yang sangat besar. Karena disebabkan adanya penjajahan bangsa eropa yang sangat jauh dari Nilai-nilai kemanusiaan.

Masa pertengahan Islam tradisional terjadi pada kisaran tahun 1600 masehi sampai 1945 masehi, sekitar tiga setengah abad inilah kawasan Nusantara mengalami penjajahan yang sangat memprihatinkan. Mengingat bangsa eropa mengeksploitasi secara Besar-besaran kekayaan sumber daya alam dikawasan Nusantara.

Gerakan melawan penjajahan dari bangsa eropa memerlukan energi yang begitu besar dalam melakukan sebuah perlawanan. Mengingat para penjajah bangsa eropa lebih lengkap persenjataannya dibanding masyarakat pribumi, pada saat bangsa eropa melakukan agresi militer diseluruh kawasan Nusantara.

Pertarungan pada masa pertengahan Islam tradisional, telah dijadikan tonggak sejarah besar sebuah bangsa dalam membangun sebuah kekuatan, untuk mengusir penjajahan dari kawasan Nusantara. sehingga tak sedikit masyarakat menjadi korban atas tragedi pertumpahan darah pada masa melawan para penjajah dari bangsa eropa.

Memilukan itulah bahasa yang tepat saat menggambarkan pada masa pertengahan dalam melakukan sebuah perjuangan. Sehingga dalam melakukan sebuah perjuangan dengan melalui gerakan, untuk menjadi bangsa yang merdeka dari penjajahan, tentu dibutuhkan kekuatan mental yang berakar pada jiwa maupun raga.

Islam tradisional pada masa pertengahan merupakan sebuah catatan suram sebagai bangsa yang besar, hidup dalam kubangan para kolonialisme dan imperialisme dari bangsa eropa. Sehingga dengan catatan suram tersebut, tentu dapat dijadikan sebuah pengalaman pahit, agar kedepan masyarakat Islam tradisional mampu hidup dengan merdeka, dan jauh dari berbagai bentuk penjajahan, baik penjajahan dari luar maupun penjajahan dari dalam.

Semoga Allah SWT selalu menjaga kemerdekaan bangsa diseluruh kawasan Nusantara, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Islam Tradisional Pada Masa Klasik





Islam tradisional mempunyai sejarah yang panjang dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga Islam tradisional mempunyai beberapa masa, diantaranya: masa klasiik, masa pertengahan, dan masa pasca kemerdekaan.

Masa klasik dalam sejarah Islam tradisional tak lepas dari asal muasal masuknya ajaran Islam dinegeri nusantara, tetapi secara garis besar Islam tradisional pada masa klasik terjadi saat awal mula masuknya agama Islam sampai tahun 1600 masehi.

Pada masa klasik pertumbuhan Islam dalam kehidupan masyarakat, begitu cepat meluas dari pelosok desa sampai kekota-kota, dan tokoh masa klasik Islam tradisional tak lepas dari peran Wali Songo sebagai penyebar agama Islam.

Peran Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam sangat cerdas dan elegan, apalagi masa klasik Islam tradisional salah satu masa kejayaan umat muslim dalam membangun pusat pemerintahan maupun membangun disegala pusat. Karena pada masa klasik banyak ahli sejarah mengkaitkan sebagai masa para Wali dalam menyebarkan ajaran Islam.

Kerajaan demak sebagai pusat pemerintahan pada masa klasik Islam tradisional, sangat membantu dalam menyebarkan agama Islam ditengah-tengah kehidupan masyarakat. sehingga pada masa klasik ini, Islam begitu cepat menyebar dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Islam yang dibawa para Wali merupakan sebuah perpaduan antara budaya dengan nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dakwah Islam para Wali sangat menyentuh hati masyarakat, untuk masuk dalam ajaran Islam sesungguhnya.

Keberadaan Islam tradisional pada masa klasik tak lepas dari peran besar para Wali dalam menyebarkan ajaran agama Islam, dan masyarakat sering menyebut dengan istilah: "Wali Songo" sebagai penyebar agama Islam. Sehingga tak heran pada masa klasik ini, ajaran Islam begitu begitu cepat meluas dalam kehidupan masyarakat. Karena dari jasa besar para Wali dalam menyebarkan ajaran Islam ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT memberi keluasan ilmu bagi para pembaca tulisan singkat ini, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........