Saturday 17 November 2012

Kaum Santri "Meretas Perbedaan"



Keberagaman ditengah-tengah kehidupan merupakan sebuah warna tersendiri bagi para kaum santri, apalagi dalam kehidupan para kaum santri mempunyai corak pandang disetiap diri pribadi masing-masing. Sehingga perbedaan ditengah-tengah kehidupan para kaum santri dapat dikatakan salah satu cerminan, bahwa perbedaan corak pandang adalah rahmat, kata inilah yang menjadi kata mujarab  dalam meretas segala bentuk perbedaan, agar tidak terjadi sebuah penyelesaian dalam bentuk perbedaan yang menyimpang dari pranata sosial.

Memang perbedaan adalah rahmat, apabila para kaum santri mampu mengamalkan ajaran agama Islam secara benar, tetapi apabila ajaran agama Islam sudah terbawa memasuki dalam wilayah tetentu, bahkan memasuki wilayah intrik yang tidak pernah berkesudahan, maka yang terjadi dalam kehidupan para kaum santri akan mengalami konflik intern. Inilah bentuk peristiwa yang harus dihindarkan para kaum santri, bahwa perbedaan corak pandang jangan sampai menjadi sebuah azab maha dahsyat bagi kehidupan para kaum santri.

Para kaum santri mempunyai kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bahwa para kaum santri harus kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Hadits, sebagai jawaban atas sebuah perbedaan yang terjadi dalam kehidupan para kaum santri, agar para kaum santri dalam memahami berbagai realita kehidupan dapat mencapai titik kemaslahatan secara kafah ditengah-tengah keberagaman.

Pemahaman ke-Islaman para kaum santri sudah semestinya mampu menyerap kebenaran secara hakiki, bukan pemahaman secara parsial, apalagi sampai mengakibatkan berbagai tafsir yang menyesatkan umat, maka sebaiknya para kaum santri, untuk lebih mengedepankan musyawarah dalam mencapai kata mufakat,  apabila terdapat multi tafsir yang membahayakan bagi keutuhan umat, dan tentunya para kaum santri harus kembali kepada sumber pokok ajaran Islam, yaitu: Al-Qur'an dan Hadits.

Dengan perbedaan corak pandang para kaum santri yang tak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, tetapi semua walau terdapat berbagai perbedaan corak pandang, tentu harus lebih mengedepankan dalam bentuk musyawarah, untuk mencapai mufakat yang berpegang pada falsafah Jawa "tepa selira", agar terhindar dari segala bentuk opini yang tidak sehat, maka perlu ada sebuah bingkai keberagaman kaum santri dalam mengedepankan legowo (saling menerima) dengan jalan mengedepankan kepentingan yang lebih luas lagi.

Tindak kekerasan dalam segala bentuk apapun, bukanlah jalan arif dan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah perbedaan, tetapi memang terkadang tidak menutup kemungkinan jalur kekerasan dijadikan salah satu alternatif, namun semua bentuk kekerasan seminimal mungkin harus dihindarkan, agar pertumpahan darah tidak terjadi dalam menanggapi sebuah perbedaan. Karena perbedaan adalah rahmat bagi kehidupan para kaum santri.

Perbedaan paradigma pemikiran dalam kehidupan para kaum santri memang mempunyai keberagaman, untuk memahami berbagai permasalahan tentang ke-Islaman, tetapi semua perbedaan harus dirajut dalam bingkai persaudaraan sesama santri, agar dapat menggapai kehidupan yang maslahat disetiap tarikan nafas para kaum santri.

Berpikir positif disetiap perbedaan para kaum santri salah satu jalan pencapaian perdamaian yang hakiki, agar ketenangan dan ketentraman sesama kaum santri dapat tercapai dengan keindahan yang membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan secara kafah.

Semoga Allah SWT memberikan rasa persaudaraan yang tinggi kepada para kaum santri, agar segala perbedaan para kaum santri dapat diselesaikan dengan jalan perdamaian dan penuh ketentraman, Amiin...

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Sepak Terjang Kaum Santri






Sepak terjang kaum santri, baik ditingkat lokal, regional, dan juga Internasional, telah membawa perubahan bagi kaum santri menuju berbagai gerakan aksi dalam membenahi tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Mengingat kerusakan sebuah bangsa dan negara tak lepas dari sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, bahkan degradasi moral telah memasuki berbagai wilayah kekuasan negara. Sehingga yang terjadi dari sebuah degradasi moral, telah menimbulkan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan berbagai  kasus negatif lainnya.

Dengan terjadinya sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, sudah selayaknya para kaum santri mampu berdiri digarda depan perubahan dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa dan negara, terutama kebobrokan moral para pemegang tampuk kekuasaan. Karena kalau pemimpin bobrok dalam segi moral dipastikan negara akan mengalami kehancuran, maka dengan sangat mendesak, sepak terjang dari berbagai kalangan kaum santri sangat dibutuhkan, untuk terus mengawal sebuah perubahan dari degradasi moral menuju rekonstruksi moral secara totalitas.

Sepak terjang para kaum santri dimulai dari pembenahan dunia pendidikan. Mengingat dunia pendidikan di negeri Indonesia sudah dikuasai budaya asing dan paradigma asing dengan berkedok kemanusiaan, padahal semua itu tak lebih dari sebuah kebohongan atas nama HAM, tetapi HAM yang dibawa berjenis kelamin dari pemahaman westernisasi.

Membedah westernisasi dalam kaca mata kaum santri diperlukan sebuah kecermatan dalam berpikir, apalagi westernisasi sering berwajah kemanusiaan, padahal semua itu tak lepas dari topeng semata, maka kaum santri dituntut, untuk jeli dalam menyikapi sebuah persoalan tentang realita kehidupan didunia pendidikan yang sebagian besar mengadopsi pola paradigma dari bangsa barat.

Selain dunia pendidikan dalam mencapai sebuah hasrat perubahan, agar tercipta sebuah kehidupan yang sehat, maka kaum santri harus menata ulang kebobrokan birokrasi dinegeri Indonesia dengan jalan melakukan berbagai aksi, baik aksi damai maupun dalam bentuk aksi lainnya.

Kebobrokan birokrasi di negeri Indonesia yang tidak melayani masyarakat secara optimal, maka perlu ada sebuah reformasi, bahkan kalau perlu ada sebuah aksi revolusi total, ketika birokrasi pemerintahan yang sudah seharusnya sebagai pelayan masyarakat, namun fakta dilapangan jauh dari harapan masyarakat secara luas, maka tidak ada kata lain, selain perombakan secara totalitas harus dilakukan, agar bangsa Indonesia mampu berbicara lagi  dikancah Internasional.

Kerusakan sendi-sendi bangunan moral yang mengakibatkan krisis kepemimpinan. Berangkat dari sinilah, bahwa waktu yang tepat telah tiba, untuk kaum santri berdiri tegak melakukan berbagai aksi perubahan, bahkan sudah seharusnya kaum santri mampu menjadi pemegang tampuk kepemimpinan, baik ditingkat lokal, regional maupun Internasional.

Dengan adanya sepak terjang dari para kaum santri, untuk pembenahan diberbagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu diharapkan para kaum santri mampu menjadi garda perjuangan dalam memberikan jasa yang terbaik buat agama dan bangsa, semua membutuhkan sebuah proses yang panjang dari generasi-kegenerasi, baik melibatkan kaum santri secara intern maupun ekstern.

Membangun sebuah kekuatan bangsa dan negara diseluruh penjuru Nusantara, sudah dipastikan memerlukan sebuah gagasan paradigma pemikiran dari kalangan kaum santri, agar kelak kaum santri mampu bangkit dari berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya para kaum santri mampu bangkit melakukan pembenahan diri dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, tehnologi, kepemimpinan, dan berbagai aspek lainnya.

Peran serta kaum santri dalam membangun sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, agar kembali  bermartabat dikawasan Asia Tenggara, bahkan diberbagai kawasan belahan bumi lainnya, semua membutuhkan sebuah dedikasi tinggi dari para kaum santri, untuk terus memberikan sebuah perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat secara kafah.

Kaum santri dengan segala sepak terjangnya merupakan sebuah tindakan yang terus berusaha keras, untuk mencari solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat bangsa Indonesia mengalami berbagai krisis, baik krisis moral, krisis ekonomi, dan berbagai krisis lainnya, maka tidak ada kata lain, selain seindah kata sepak terjang kaum santri dalam berjuang menegakkan "amar ma'ruf nahi munkar" disegala penjuru alam Nusantara.

Semoga Allah SWT memberikan daya juang yang gigih kepada para kaum santri, agar kelak para kaum santri mampu berbuat banyak dalam membangun sendi-sendi kehidupan yang sesuai dengan sabda dan fiman, Amiin....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Wednesday 14 November 2012

Kaum Santri Menggugat






Kaum santri masa dahulu kala dianggap jauh dari tehnologi, bahkan di indetikkan dengan istilah "kaum gaptek", tetapi dengan perkembangan masa yang kian menggeliat, tudingan miring tentang kaum santri dapat ditepis dengan perlahan-lahan atas kemajuan yang diperolehnya.

Kemajuan kaum santri yang diperoleh selama ini, semua tak lepas dari kerja keras pendidikan pesantren, baik ditingkat pelosok desa maupun sampai ujung pusat kota, bahkan sudah mulai terdapat paradigma pemikiran kaum santri saat menghadapi kondisi era globalisasi yang semakin mengglobal.

Masa globalisasi yang semakin mengglobal ditengah-tengah realita kehidupan, membuat kaum santri berusaha membangun karakter dan kepribadian yang tangguh, untuk menghadapi arus zaman yang semakin tak menentu arah. Karena itu dibutuhkan usaha keras kaum santri dalam menghadapi tantangan zaman, untuk mewujudkan sebuah bangunan antara tehnologi dengan keimanan, agar mampu berpadu satu dalam keutuhan.

Membangun kemandirian kaum santri dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, semua dibutuhkan sebuah proses yang berani, untuk menggapai sebuah cita-cita mulia, tentu dengan berusaha keras dalam mewujudkan sebuah keberhasilan kaum santri, untuk menatap masa depan yang lebih meyakinkan.

Dengan menggugat stigma negatif yang dialamatkan kaum santri, bahwa kaum santri merupakan kumpulan manusia yang tak mengerti kondisi kemajuan zaman, maka sudah waktunya kaum santri menggugat stigma yang dialamatkan tersebut, tentu dengan cara berusaha keras melakukan pembelajaran diri dalam menatap masa depan, agar kedepan kaum santri mampu menunjukkan pada dunia, bahwa kaum santri bisa menghadapi arus globalisasi yang semakin dirasakan bagi kehidupan masyarakat.

Kaum santri menggugat merupakan sebuah realita kehidupan yang terus dibangun, agar kedepan kaum santri benar-benar eksis dalam menatap masa depan yang kian berat disegala arah pertarungan, baik pertarungan ilmu pengetahuan maupun pertarungan ilmu spiritual, tentu semua membutuhkan sebuah proses yang panjang, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang menjerat realita kehidupan.

Gerakan kaum santri menggugat sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri. Mengingat kaum santri saat ini, mulai banyak yang terjun dikancah lokal maupun internasional dalam mengepakkan sayap-sayap perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, Sehingga kedepan kaum santri akan mampu menjadi pioneer-pioneer baru dalam memberikan berbagai karya tentang sosial, budaya, tehnologi, politik , dan berbagai karya lainnya, supaya suatu saat dimengerti oleh kelompok yang tak mengerti tentang gerakan kaum santri mengguggat.

Semoga Allah SWT memberi daya pikir yang cerdas, untuk kaum santri disegala penjuru arah angin, agar kaum santri mampu menjadi pioneer-pioneer disegala ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh alam semesta, Amiin....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Saturday 10 November 2012

Menguak "Perang Sekte" Islam





Ketika melihat darah mengalir dalam memperjuangkan keyakinan terasa indah dalam sebuah bentuk mempertahankan gagasan yang menjadi pegangan hidup, tetapi kalau keyakinan harus menimbulkan korban jiwa, tentu membuat sebuah keprihatinan atas tragedi kemanusiaan.

Setiap agama tak lepas dari sebuah bentuk perang sekte, baik melalui perang damai maupun perang melalui jalur kekerasan. Sungguh memperihatinkan, apabila perang sekte tidak dapat ditempuh dengan jalur musyawarah, untuk mencari sebuah mufakat secara bersama. Karena kalau perang sekte tidak dapat dilalui melalui jalur musyawarah, tentu yang terjadi perang senjata tak dapat dipungkiri ditengah-tengah saling ngotot dalam mempertahankan sebuah keyakinan.

Perbedaan adalah rahmat, baik perbedaan keyakinan maupun perbedaan sekte, tetapi kalau perbedaan keyakinan maupun sekte tak dapat dicari titik terang dalam mengambil sebuah mufakat bersama, untuk menjalin saling menghargai antar satu sama lainnya. Maka berangkat dari sinilah perang sekte dengan menempuh jalur kekerasan tak dapat dihindarkan ditengah-tengah realita kehidupan.

Ironis!, kata kunci menanggapi perang sekte didalam tubuh keyakinan dalam beragama, apabila mengedepankan kekerasan dalam mengambil sebuah sikap maupun keputusan, tentu yang terjadi bentrok antar sekte tak dapat dihindarkan, bahkan harta dan nyawa menjadi pertaruhan dalam perang sekte.

Sejarah mencatat perang sekte dalam tubuh Islam pernah terjadi saat pertarungan tiga sekte dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan. Sehingga yang terjadi tarik ulur dan ingin memenangkan dalam pertarungan keyakinan yang memakan banyak korban, baik nyawa maupun harta tak dapat terhindarkan ditengah-tengah perang sekte.

Perang sekte dalam tubuh agama Islam pernah terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan tiga sekte besar yang ikut andil perang antar sekte, yaitu: Syi'ah, Khawarij, Murji'ah. Sehingga dengan  tiga sekte besar tersebut, telah menimbulkan terjadinya sebuah musibah perang antar sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bahkan membuat dunia ke-Islaman terjebak dalam perang saudara dalam mempertahankan sebuah keyakinan sekte yang dianggap benar didada penganutnya.

Memang perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib merupakan cikal bakal lebih banyak lagi tumbuh-kembangnya berbagai sekte ke-Islaman, untuk mengajarkan sebuah keyakinan didada para penganutnya dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan.

Dari perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dapat diambil hikmah besar, bahwa perang dengan jalan kekerasan bukanlah jalan yang arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah sikap menghadapi sebuah perbedaan, tetapi jalur musyawarah harus dikedepankan, untuk mencari titik terang dalam menghadapi segala perbedaan. 

Konflik antar sekte sudah semestinya diambil dengan jalan musyawarah, tetapi kalau jalan musyawarah mengalami stagnasi. Maka tidak dapat dipungkiri jalan kekerasan dalam menghadapi perbedaan keyakinan didalam tubuh berbagai sekte tidak dapat dihindarkan. Sehingga yang terjadi pertumpahan darah atas nama keyakinan sekte akan terulang dari masa-kemasa, bahkan sampai masa sekarang perang sekte dalam tubuh Islam akan terus terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, kalau dalam menghadapi perbedaan sekte diselesaikan dengan jalur kekerasan.

Menghadapi perbedaan didalam tubuh berbagai sekte keagamaan, sudah seharusnya mengedepankan musyawarah, untuk mencapai kata mufakat, bukan dengan jalan kekerasan dalam mengambil sebuah keputusan, agar tumpah darah dapat terhindarkan seminimal mungkin.

Slogan perbedaan adalah rahmat, apabila kita mampu berpegang teguh pada falsafah "tepa selira", tetapi kalau kita hanya mengandalkan kebebasan semu belaka dalam berpendapat. Maka perbedaan tidak lagi menjadi rahmat, namun perbedaan menjadi sebuah azab yang sangat miris dalam realita kehidupan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah SWT menjadikan perbedaan keyakinan antar umat manusia menjadi indah dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Saturday 3 November 2012

Mengulas Islam Tradisional





Islam tradisional seiring waktu perkembangan mengalami berbagai polemik, mulai dari yang paling sederhana sampai dari yang paling sulit dicerna, tetapi pada substansinya Islam tradisional terus berupaya menggali berbagai kajian tentang kearifan lokal disuatu daerah, agar terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan antara ajaran Islam dengan realita kehidupan masyarakat setempat.

Mengulas Islam tradisional tak lepas dari permasalahan yang paling sederhana, bahwa masyarakat antar daerah mengalami keberagaman, baik masalah sosial, politik, budaya, pendidikan atau dalam permasalahan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kearifan lokal, untuk dipadukan dengan nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah mutualisme yang saling berkesinambungan antar satu sama lainnya.

Membangun Islam tradisional tak lepas dari dukungan masyarakat setempat, untuk terus melakukan berbagai aktivitas dalam melakukan rekonstruksi disegala aspek kehidupan, agar terjadi sebuah bangunan yang mencerdaskan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Masyarakat pada umumnya menginginkan sebuah kebijakan yang arif dan bijaksana, untuk melakukan berbagai kegiatan, agar terbentuk sebuah bangunan masyarakat yang saling menghargai antar satu sama lainnya.

Saling menghargai dengan berupaya meletakkan falsafah "tepa selira", salah satu jalan pencapaian dalam membangun keseimbangan sosial, agar terwujud sebuah bangunan masyarakat yang rukun, tentram, damai, dan bersahaja, tentu semua tak lepas dari proses diskonstruksi maupun rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal merupakan sebuah realita tatanan masyarakat setempat. Sehingga kearifan lokal sudah semestinya dikawal dalam meletakkan pondasi ditengah-tengah kehidupan, agar terwujud sebuah daerah yang berpegang teguh pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat.

Pada sustansinya kearifan lokal bersandar pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terwujud sebuah masyarakat yang selamat, sehat, bermartabat didunia maupun diakhirat.

Dengan mengulas Islam tradisional ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat tak lepas dari pemahaman masyarakat lokal dalam memberi warna tentang berbagai aspek kehidupan, baik warna tentang budaya, adat istiadat maupun dalam warna diberbagai aspek kehidupan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kerarifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam, untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, sehat sentosa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin mengglobal.

Mengulas Islam tradisional dibutuhkan pemahaman, bahwa Islam tradisional berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terbentuk sebuah masyarakat yang penuh rahmat dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan, apalagi mengulas Islam tradisional tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat Islam tradisional sangat luas cakupannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun realita kehidupan.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kami dijalan kebenaran, Amiin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Islam Tradisional Dalam Wajah Nusantara






Nusantara terkenal dengan kemakmuran sumber daya alam yang berlimpah begitu besar didasar lautan maupun diberbagai daratan. Sehingga tak heran wilayah Nusantara menjadi incaran dari bangsa asing yang menginginkan, untuk menguasai wilayah Nusantara, agar dapat memperoleh kekayaan sumber daya alam yang berlimpah diwilayah Nusantara.

Wajah Nusantara menampakkan keagungan dalam realita kehidupan, baik dari aspek budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan berbagai aspek lainnya, tetapi sayang, apabila bangsa Nusantara sampai terjerumus dalam lembah hitam perpecahan antar suku, agama, ras, dan antar golongan dalam tatanan kehidupan masyarakat. 

Masa silam bangsa Nusantara pernah tenggelam dalam noda hitam. Mengingat konfliks yang berbau SARA menjadi modal bangsa asing yang menginginkan kehancuran bangsa Nusantara dengan jalan mengadu domba sesama masyarakat Nusantara. Sehingga penjajahan sebelum bangsa Nusantara menjadi bangsa merdeka, bangsa asing tak jarang mengadu domba atas nama yang berbau SARA, tentu dengan tujuan bangsa asing dapat menguasai sumber daya alam yang dimiliki bangsa Nusantara.

Keberadaan kehidupan masyarakat di negeri Nusantara, begitu beragam dalam memberikan makna tentang kehidupan. Mengingat masyarakat Nusantara terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan antar golongan.ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Membangun masyarakat Nusantara tak lepas dari kearifan lokal, dan disertai nilai-nilai ke-Islaman, agar dalam tatanan kehidupan masyarakat terdapat jiwa luhur dalam menerjemahkan beragam kondisi secara tepat sasaran.

Pertikaian antar suku maupun kelompok sosial sudah semestinya dihindarkan. Mengingat pertikaian bukan jalan yang tepat dalam mencari solusi, apabila terdapat masalah yang datang ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, tetapi dengan jalan musyawarah, untuk mencapai mufakat. Inilah yang harus dikedepankan dalam mencari solusi ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam tradisional dalam wajah Nusantara, begitu beragam dari satu daerah kedaerah lain. Mengingat kearifan lokal disuatu daerah berbeda dengan daerah lain, tetapi pada substansinya Islam tradisional diberbagai   daerah mempunyai kesamaan, yaitu: bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga Islam tradisional populer dengan istilah berapangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Tuesday 30 October 2012

Islam Tradisional Bertumpu Pada Nilai-nilai Ke-Islaman




Nilai-nilai ke-Islaman begitu agung dalam realita kehidupan. Mengingat Islam mengajarkan tentang berbagai hubungan yang indah, baik hubungan antar sesama, hubungan antar alam, dan hubungan terhadap sang maha Khalik

Islam merupakan agama yang mempunyai nilai-nilai keindahan, perdamaian, dan beragam nilai-nilai lain, Karena Islam mengandung nilai-nilai positif dalam membangun akhlakul karimah ditengah-tengah realita kehidupan. Bahkan Islam juga mengajarkan tentang keadilan, ketegasan dalam menghadapi keberagaman tentang berbagai permasalahan ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Membangun kehidupan masyarakat membutuhkan sebuah bangunan pondasi yang kuat, agar dalam menerjemahkan berbagai realita kehidupan mampu tepat sasaran, untuk meletakkan tentang makna kebenaran. Mengingat Islam ajaran yang sempurna dalam mengajarkan tentang makna kehidupan secara tepat ditengah-tengah realita masyarakat.

Islam mengajarkan lima unsur pokok dalam tatanan nilai-nilai ke-Islaman, yaitu: Aqidah,  Syariah, Muamalah, Akhlak, dan Ilmu Pengetahuan, Kelima unsur inilah yang menjadi pondasi Islam, untuk mencapai kehidupan yang maslahat didunia maupun diakhirat.

Tiga pokok ajaran Islam tertuang dalam Aqidah, Syari'ah dan Akhlak, ketiga pokok dalam ajaran Islam ini, sangat urgen dalam denyut nadi kehidupan ke-Islaman. Mengingat ketiga pokok dalam ajaran Islam tersebut, sangat berpengaruh mengandung tatanan nilai-nilai ke-Islaman ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam mempunyai aturan agung dalam berbagai tatanan realita kehidupan. Mengingat Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, Mengatur hubungan manusia dengan manusia, Mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya (makhluk lain).

Keberadaan ajaran Islam dengan sederet karakteristik, diantaranya: bahwa ajaran Islam merupakan agama fitrah sebagai bentuk penyempurna agama lain. Mengingat Islam agama yang sangat sempurna dalam menata beragam realita kehidupan yang penuh kekompleksitasan permasalahan kehidupan. Namun Islam mampu memberikan sebuah keteladanan yang arif dan bijaksana ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Islam sebagai pedoman kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Mengingat Islam mengajarkan tentang tatanan moral dalam membangun masyarakat yang lebih santun, agar tercipta sebuah tatanan kehidupan yang penuh dengan kemaslahatan.

Islam juga sebagai pendorong kemajuan disegala aspek kehidupan, agar masyarakat mampu menguasai berbagai ilmu pengetahun, dan tercipta sebuah masyarakat yang penuh dengan paradigma pemikiran yang cerdas dalam menggapai sebuah tujuan hidup, baik kehidupan didunia maupun kehidupan diakhirat.

Dengan berbagai ajaran Islam dengan segudang nilai-nilai positif dalam tatanan kehidupan. Islam tradisional sebagai wadah ke-Islaman dalam membentuk masyarakat yang penuh kemandirian tinggi, dan juga mendorong sebuah tatanan sosial, agar lebih baik ditengah-tengah kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai ke-Islaman begitu agung dalam memberikan kontribusi positif, untuk menuju kehidupan yang lebih progress, dan dinamis ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam tradisional bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Mengingat nilai-nilai ke-Islaman begitu agung, baik dari segi hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Allah, dan juga hubungan manusia dengan alam sekitarnya (makhluk lain). Sehingga Islam begitu sempurna dengan segudang nilai-nilai ke-Islamannya.

Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan membimbing kami dijalan yang benar, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Wednesday 24 October 2012

Gus Dur dan Wali Songo




Wali  Songo merupakan manusia linuwih dengan segala kamampuan yang dimilikinya penuh dengan karomah yang sungguh menakjubkan. Sehingga keberadaan Wali Songo di Nusantara, khususnya ditanah Jawa sangat urgen bagi perjalanan sejarah panjang datangnya agama Islam. Mengingat Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa pada zaman kepengker.

Zaman kepengker (zaman klasik) Wali Songo berperan sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam memberikan berbagai ilmu batin maupun zahir ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat. Sehingga Wali Songo dikenal masyarakat sebagai guru agama dalam mengajarkan beragam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Keberadaan Wali Songo bah legenda besar ditanah Jawa dengan segudang pemikirannya, untuk menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan kepribadian dan karakter masyarakat setempat, dengan tetap mengedepankan Al-Qur'an dan Hadits sebagai rujukan dalam mencari kebenaran sejati.

Sopan santun dalam berdakwah Wali Songo sangat menyentuh realita kehidupan masyarakat. Sehingga tak jarang Wali Songo mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat, pada saat menyebarkan ajaran Islam ditengah-tengah keberagaman masyarakat.

Dakwah bilhal dan dakwah bilmal merupakan senjata ampuh Wali Songo dalam memberikan suri tauladan kepada khalayak umum, untuk terus melakukan perbuatan baik ditengah-tengah realita kehidupan. Sehingga dalam kehidupan masyarakat terpupuk kesadaran tinggi tentang akhlakul karimah yang berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Wali Songo dalam berdakwah (menyeru kebaikan) sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam syiar Islam diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam melakukan syiar Islam yang penuh sopan santun tinggi, dan tegas dalam melakukan aktivitas dakwah, untuk menyebarkan kalimat tayibah ditengah-tengah realita kehidupan.

Sedangkan Gus Dur merupakan pemuka agama dengan sebutan "Kyai", Gus Dur dianggap sebagai manusia linuwih diatas rata-rata kemampuan manusia pada umumnya, bagaimana tidak? Gus Dur mampu melihat peta bangsa dengan penuh kejeniusan yang sungguh menakjubkan, ditambah lagi budi pekerti dan ketulusan Gus Dur dalam memperjuangan tentang makna kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, dengan penuh kegigihan dalam melakukan bentuk perjuangan. Sehingga Gus Dur sangat wajar dijadikan pemimpin bangsa dengan jabatan sebagai presiden negara. Mengingat jasa besar Gus Dur sebagai guru bangsa yang telah memberikan suri tauladan ditengah-tengah realita keberagaman hidup dinegeri Nusantara.

Gus Dur sosok pertama dari kaum Kyai yang pernah menjabat kepala negara dinegeri Indonesia. Mengingat sebelum Gus Dur menjadi presiden belum ada kaum Kyai yang mampu menduduki jabatan sebagai kepala negara. Sehingga nama Gus Dur dengan segudang paradigma pemikirannya mampu memberikan pencerahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gus Dur dan Wali Songo merupakan tokoh besar umat muslim diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa.sebagai peletak dasar pemikiran tentang ke-Islaman, untuk terus melakukan sebuah rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan, agar sebuah bangsa mampu berdiri tegak dengan karakter, watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam menerjemahkan disetiap permasalahan tentang hidup berbangsa dan bernegara.

Nama Gus Dur dan wali Songo tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat jasa dan keberanian beliau dalam melakukan sebuah perjuangan, untuk terus membangun masyarakat ditengah-tengah keberagaman,  tetapi perjuangan Gus Dur dan wali Songo dalam memperjuangkan ditengah-tengah realita kehidupan tak lepas dari kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Sosok Gus Dur dan Wali Song sampai akhir hayatnya akan menjadi inspirasi jutaan umat manusia, untuk terus melakukan perjuangan atas nama kemanusiaan, dan bersumber pada ajaran agama Islam sebagai agama kebenaran ditengah-tengah realita kehidupan.

Makam Gus Dur dan wali Songo sampai saat ini, tidak pernah sepi dari para peziarah. Bahkan makam Gus Dur dan Wali Songo .menjelma menjadi wisata religi, karena para peziarah masih mengingat segar jasa besar Gus Dur dan Wali Songo dalam menegakkan panji-panji kebenaran.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Tuesday 16 October 2012


Islam Tradisional Berpangkal Pada Kearifan Lokal



Kearifan lokal adalah gagasan atas nilai-nilai realita kehidupan masyarakat setempat dengan berpegang pada kebijaksanaan, penuh kearifan, bernilai positif yang tertanam dalam realita kehidupan masyarakat. Mengingat kearifan lokal merupakan sebuah pandangan masyarakat dalam memberikan sebuah nilai-nilai berdasarkan realita kehidupan secara menyeluruh. Sehingga kearifan lokal sebagai tatanan kehidupan masyarakat setempat dalam membangun sebuah bangsa dan negara.

Keberadaan kearifan lokal didalam kehidupan masyarakat merupakan sebuah realita yang tak dapat dibantah lagi. Sehingga kearifan lokal dengan semangat membangun diberbagai daerah perlu sebuah dukungan dari berbagai pihak, agar keberhasilan dalam membangun masyarakat didaerahnya dapat terwujud sesuai dengan arah pembangunan sebuah peradaban yang penuh dengan kemajuan dalam membangun.


Membangun masyarakat lokal perlu ada sebuah gagasan dalam membentuk sebuah paradigma pemikiran. Bahwa masyarakat sudah saatnya diberikan ruang dan waktu dalam berpikir secara naluri masing-masing individu, untuk menggagas sebuah kemajuan didaerah masing-masing dalam realita tatanan kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman.

Kehidupan masyarakat setempat tak dapat dipungkiri lagi. Bahwa keberagaman dalam membentuk sebuah gagasan merupakan sebuah realita, tetapi pada substansinya masyarakat menginginkan sebuah kemajuan dengan berdasarkan tabiat masyarakat setempat, agar keberhasilan dapat tumbuh berkembang sejalan dengan kearifan lokal.

Masyarakat setempat sudah saatnya diberi ruang dan waktu, untuk berkreasi penuh dalam menumbuh-kembangkan semangat daya juang dalam membangun sebuah daerah yang penuh arif dan bijaksana, agar kepribadian dan watak dalam membangun sebuah daerah dapat menjadi pelecut, penyemangat dalam memberikan sebuah gagasan positif dalam membangun sebuah bangsa dan negara.

Kepribadian dan watak masyarakat setempat, tentu jangan sampai dijadikan komoditi politis sepihak dari masyarakat asing yang ingin menguasai sumber daya alam setempat, tetapi kepribadian dan watak masyarakat setempat sudah semestinya diberi sebuah gagasan dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang berlandaskan pada ajaran Islam.

Islam merupakan agama rahmat bagi seluruh alam. Sehingga Islam menolak dengan tegas segala bentuk perbudakan maupun bentuk nilai-nilai yang bertentangan dengan kemanusiaan. Bahkan Islam sangat menyentuh ditingkat infrastruktur maupun suprastruktur dalam memberikan sebuah tatanan ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat setempat.

Sedangkan perspektif Islam tradisional dalam melihat berbagai aspek kearifan lokal, sudah seharusnya masyarakat setempat diberi ruang dan waktu dalam menumpahkan berbagai gagasan, untuk terus berkembang dalam menatap kemajuan zaman yang semakin maju dalam peradabannya.

Islam tradisional berpangkal pada kearifan lokal. Karena kemajuan sebuah daerah tak lepas dari peran kearifan lokal, kalau kearifan lokal dapat disinergikan dengan nilai-nilai ke-Islaman, tentu akan tercipta sebuah masyarakat yang penuh rahmat, dan sangat positif dalam membangun sebuah realita kehidupan.

Kearifan lokal sudah saatnya mendapatkan perhatian disemua pihak, agar kearifan lokal dapat tumbuh berkembang sejalan dengan realita kehidupan masyarakat setempat, apalagi melihat perkembangan zaman yang semakin mengglobal.

Peran kearifan lokal dalam membangun sebuah bangsa dan negara sangat urgen. Karena disaat kearifan lokal disuatu daerah dapat berkembang, begitu juga kearifan lokal didaerah lain dapat tumbuh-berkembang, tentu akan menghasilkan sebuah tatanan dari berbagai daerah yang berpangkal pada kearifan lokal dengan menghasilkan sebuah nilai-nilai kemajuan yang penuh keberagaman. Sehingga sebuah bangsa dan negara mampu berdiri kokoh tak lain dan tak bukan. Karena kearifan lokal dapat tumbuh berkembang diberbagai daerah pinggiran maupun pusat-pusat kota. 

Berangkat dari kearifan lokal yang tumbuh subur disertai semangat membangun daerah masing-masing. Maka bangsa dan negara menjadi kuat dalam segala aspek kehidupan. Karena kearifan lokal mampu mencapai ranah diberbagai realita kehidupan, baik masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya, tehnologi dan berbagai aspek lain.

Semoga Allah SWT selalu memberi pencerahan gagasan kepada kami semua, Amiin...........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Islam Tradisional dan Tehnologi






Tehnologi mulai berkembang pesat dari pelosok desa sampai pusat-pusat kota, apalagi tehnologi sudah semakin canggih dari hari-kehari. Sehingga tehnologi secara langsung sebagai pemicu kemajuan peradaban manusia yang terus mengalami perkembangan yang sungguh menakjubkan.

Kemajuan tehnologi merupakan sebuah realita yang penuh tantangan, untuk terus dikaji dalam membangun sebuah peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya, agar manusia berikutnya lebih mudah dalam mengakses segala informasi maupun komunikasi.

Membangun tehnologi membutuhkan sumber daya manusia yang handal, baik dari segi paradigma pemikiran maupun dari segi realita empirik, agar keberhasilan membangun tehnologi dapat bermanfa'at secara luas ditengah-tengah realita masyarakat.

Zaman dahulu kala, sebelum ada tehnologi yang canggih, manusia saat bepergian cukup jalan kaki atau naik binatang ternak, seperti: Kuda, Kerbau, Unta, Gajah atau binatang ternak lain, tetapi ketika zaman sudah berganti dari zaman klasik menuju zaman tehnologi, manusia saat bepergian sudah berganti naik mobil, motor, pesawat, kereta, dan berbagai jenis transportasi lain.

Pergantian zaman merupakan sebuah langkah perubahan dari zaman batu sampai zaman revolusi tehnologi, tentu realita dari rentetan perjalanan zaman tak lepas dari paradigma pemikiran yang terus berkembang dari hari-kehari atau dari tahun-ketahun. Bahkan lebih jauh dari itu, bahwa tehnologi telah merubah yang jauh menjadi dekat, sedangkan yang dekat semakin lebih dekat. Karena alat komunikasi dan informasi semakin luar biasa keberadaannya.

Komunikasi dan Informasi pada zaman dahulu kala masih bersifat sederhana, baik melalui tatap muka langsung atau surat menyurat dalam memberikan sebuah informasi maupun komunikasi, tetapi sejak terdapat tehnologi yang super canggih, ternyata dalam memberikan sebuah informasi maupun komunikasi semakin cepat dalam hitungan persekian detik, baik melalui email, jejaring sosial, HP atau berbagai macam cara tehnologi lain, untuk memberikan sebuah informasi maupun komunikasi secara cepat ditengah-tengah realita kehidupan.

Keberadaan tehnologi merubah cara pandang masyarakat dalam mengeja langkah kehidupan, walau tehnologi belum secara maksimal memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi paling tidak kedepan tehnologi akan terus berkembang pesat ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang semakin haus akan kekayaan informasi maupun komunikasi.

Sedangkan keberadaan Islam tradisional pada masa revolusi tehnologi, menempatkan diri sebagai subyek perubahan dalam membangun kemajuan informasi maupun komunikasi, agar masyarakat secara luas terus berkembang pesat dalam membangun jati diri sebagai bangsa dan negara yang beradab.

Islam tradisional pada masa revolusi tehnologi menekankan sebuah langkah terobosan ditengah hiruk-pikuk era keterbukaan, agar tetap pada jalur paradigma pemikiran. Bahwa Islam tradisional tetap mengacu pada kearifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai ke-Islaman. Mengingat kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman sangat urgen membangun masyarakat yang lebih baik, dan cerdas dalam memahami beragam realita kehidupan.

Islam tradisional dan tehnologi merupakan sebuah ikatan yang kental dalam realita kehidupan, apalagi keduanya saling melengkapi antar satu sama lain, untuk menerjemahkan berbagai realita ditengah-tengah keberagaman masyarakat.

Keberadaan tehnologi dapat dijadikan sebagai alat Islam tradisional dalam menyebarkan sebuah gagasan, baik melalui media maupun melalui jejaring sosial dalam membangun masyarakat secara utuh dan kaffah.

Semoga Allah SWT selalu memberi hidayah kepada kami semua, Amiin...........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Saturday 13 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Keterbukaan





Zaman terus berubah dari masa ketertutupan menuju masa keterbukaan. Karena zaman berjalan seiring tingkat pola pikir manusia dalam membangun sebuah peradaban. Mengingat manusia pada zaman dahulu  kala belum terlalu jauh mengenal tehnologi, tetapi pada zaman sekarang perubahan terus menggeliat dalam kehidupan, baik masalah informasi maupun komunikasi yang terus mengalami kemajuan pesat.

Kemajuan pesat melalui komunikasi maupun informasi terus terjadi, apalagi dipersekian detik terus terdapat pemberitaan secara global diseluruh belahan bumi. Karena zaman dari masa kegelapan informasi maupun komunikasi beralih menuju masa keterbukaan informasi maupun komunikasi. Karena revolusi besar telah terjadi pada perangkat komputerisasi maupun internetisasi. Sehingga menghasilkan informasi maupun komunikasi secara cepat dalam hitungan dipersekian detik.
Masa keterbukaan semakin tak dapat dibendung lagi dalam kehidupan masyarakat. Karena masyarakat semakin banyak menggunakan perangkat komputer dengan mengakses jaringan internet yang semakin cepat laju informasi maupun komunikasi ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Dengan adanya informasi maupun komunikasi dalam hitungan dipersekian detik sudah menyebar kepenjuru belahan bumi, mau tidak mau genderang masa keterbukaan tak dapat dielakkan lagi. Sehingga perubahan zaman dari masa ketertutupan berubah menjadi masa keterbukaan.

Zaman berubah dari masa ketertutupan menuju masa keterbukaan sudah tak dapat dibantah lagi, lalu muncul sebuah pertanyaan pada masa keterbukaan, bagaimana posisi Islam Tradisional dalam menempatkan sebuah masa yang berbeda? Islam tradisional merupakan sebuah pandangan dengan mengedepankan kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dengan perubahan masa, Islam tradisional tetap berpikir progress dalam menempatkan beragam realita, tetapi semua tetap pada akar budaya, watak dan kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Islam tradisional pada masa keterbukaan merupakan sebuah masa yang penuh tantangan diera globalisasi. Sehingga dengan segala daya upaya Islam tradisional terus membangun paradigma pemikiran yang sesuai dengan kepribadian dan watak masyarakat diseluruh penjuru Nusantara.

Memang zaman sudah mengarah pada masa keterbukaan, dengan adanya sebuah revolusi komunikasi maupun informasi tak dapat dibantah lagi, apalagi disetiap persekian detik informasi maupun komunikasi muncul diberbagai jejaring sosial dan media massa, baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Keberadaan Islam tradisional pada masa keterbukaan dapat dikatakan sebagai wajah ke-Islaman dalam membangun pola pikir masyarakat, agar mencapai sebuah paradigma pemikiran yang arif dan bijaksana, walau masa terus berganti dari zaman kezaman, tetapi pada substansinya Islam tradisional tetap sebagai wadah membangun kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Semoga Allah SWT selalu memberi perlindungan kepada kami dimanapun berada, Amiin.........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Membangun Pendidikan ala Islam Tradisional






Pendidikan merupakan pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga pendidikan sangat urgen bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Mengingat pendidikan sebagai peletak dasar awal mula membangun sumber daya manusia, sebelum terjun langsung ditengah-tengah kehidupan masyarakat.


Membangun pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak. Karena kearifan lokal salah satu watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam mengeja langkah menuju kehidupan sejati.

Kearifan lokal modal awal dalam membangun para pelajar, agar kedepan para pelajar mengerti dan paham akan realita kehidupan. Sehingga para pelajar menemukan jati diri sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebatas teoritis belaka, tetapi lebih mengena pada kehidupan secara nyata.

Kehidupan pendidikan di negeri Nusanatara, sudah semestinya membangun jiwa dan ruh dalam kehidupan para pelajar, agar para pelajar mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfa'at dalam menatap masa depan, tetapi pendidikan yang terjadi saat ini, ternyata tak jarang ditemukan ilmu yang jauh dari kearifan lokal. Sehingga para pelajar berada dalam tekanan kubangan asing, apalagi para pelajar diwajibkan belajar berbagai idiologi luar yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tentu pendidikan model seperti ini, cenderung mengarah pada westernisasi.

Pendidikan di Nusantara sudah saatnya berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah realita tang tak dapat ditolak. agar dapat membangun watak dan kepribadian para pelajar yang sesuai dengan moral kebangsaan.

Ketika moral bangsa terjadi sebuah istilah rekonstruksi, berarti bangsa dan negara mengalami kehidupan yang sehat, tetapi disaat sebuah bangsa terjadi istilah destruktif moral, berarti sebuah bangsa dan negara mengalami regresi dibawah titik nadir yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Keberadaan kearifan lokal yang bertumpu pada niali-nilai ke-Islaman merupakan sebuah pandangan Islam tradisional dalam membangun sebuah pendidikan, agar pendidikan di negeri Nusantara dapat berkembang dan mengalami kemajuan sesuai kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dibantah dalam membangun pendidikan di negeri Nusantara, agar pendidikan semakin jaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih bermanfa'at, apalagi kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman dapat di ibaratkan "jiwa dan raga" yang tak dapat dipisahkan.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pendidik di negeri Nusantara, Amiin..........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Friday 12 October 2012

Menentukan Jenis Kelamin HAM ala Islam Tradisional






Jenis kelamin HAM yang ada di Indonesia masih bersifat abu-abu, padahal sudah semestinya HAM berpihak pada kearifan lokal, dan menjunjung tinggi falsafah tepa selira, bukan kebebasan dan keterbukaan yang berpangkal pada westernisasi.
 
HAM di Indonesia tak jarang menjadi alat westernisasi. Sehingga banyak kebijakan para pengiat HAM yang lebih membela rok mini, dari pada menegakkan nilai-nilai sopan santun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
 
Nah! kalau HAM di Indonesia sudah berbentuk westernisasi, berarti HAM di Indonesia telah menjadi propaganda para penggiat westernisasi dalam menegakkan nilai-nilai yang diusung dari bangsa barat. Mengingat nilai-nilai bangsa barat tak jarang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal.
 
Keberadaan HAM di Indonesia bagai buah simalakama, bagaimana tidak? HAM terlihat indah dibagian luarnya, tetapi sangat menusuk dibagian dalamnya, tentu ini merupakan sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri atas nama HAM yang ada dinegeri Indonesia.
 
Berbagai gagasaan HAM memang terasa indah, apabila tidak bisa membedakan antara falsafah tepa selira dengan falsafah liberalisme ala barat. Karena HAM tak jarang berlindung atas nama liberalisme, padahal liberalisme yang dibangun dalam paradigma HAM bersifat westernisasi, tetapi bukan falsafah tentang sopan santun dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat.
 
Menentukan jenis kelamin HAM di Indonesia, sudah semestinya menggali dari falsafah nilai-nilai kearifan lokal, dan berpangkal pada nilai-nilai agama Islam, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Mengingat kearifan lokal merupakan kepribadian dan watak masyarakat, sedangkan nilai-nilai ke-Islaman merupakan ajaran agung dalam menentukan arah kebenaran dalam kehidupan didunia maupun diakhirat.
 
Islam tradisional merupakan sebuah gagasan dalam menggali kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga Islam tradisional terus berupaya memberikan sebuah pandangan tentang berbagai fenomena klasik sampai fenomena kontemporer yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat secara luas.
 
Semoga Allah SWT selalu memberi pencerahan kepada para pembaca tulisan singat ini, Amiin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Tuesday 9 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Reformasi






Masa reformasi menjadi tonggak perjalanan sebuah bangsa besar dalam membangun kekuatan yang bertumpu pada demokrasi, tetapi dalam perjalanan reformasi menghadapi beragam kendala yang membelit kehidupan sebuah bangsa dan negara. Mengingat reformasi sebuah masa dengan slogan kebebasan dan keterbukaan.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi menghasilkan beragam corak pandang masyarakat dalam mengungkap sebuah realita kehidupan. Namun dengan masa kebebasan dan keterbukaan banyak paradigma yang menyimpang dari nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga dengan realita putaran arus kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami berbagai kendala yang sangat mengkhawatirkan.

Perang idiologi pada masa reformasi, begitu menggeliat dalam kehidupan masyarakat, baik idiologi liberalisme, sekulerisme, marxisme, nihilisme, positivisme, khilafahisme dan masih banyak lagi bangunan idiologi yang hadir pada arus reformasi.

Kehadiran reformasi merupakan sebuah puncak pertarungan beragam idiologi ditengah-tengah masyarakat, baik idiologi yang mengusung minoritas maupun mayoritas. Sehingga kekacauan dalam pola pikir terjadi pada masa reformasi, apalagi reformasi mengandung sebuah nilai-nilai kebebasan dan keterbukaan, tentu membuat banyak pihak memanfaatkan momentum reformasi dengan segudang pemikirannya.

Liberalisme dengan berbaju westernisasi tak ketinggalan meramaikan pertarungan idiologi. Bahkan tak jarang liberalisme masuk dalam kajian ke-Islaman, tentu diharapkan mampu mencapai sebuah pemikiran yang sesuai dengan bangsa barat. Mengingat paradigma liberalisme sangat menyimpang dari tatanan masyarakat pribumi sebagai bangsa yang berpegang teguh pada falsafah tepa selira.

Membangun gagasan pada masa reformasi merupakan sebuah realita yang nampak mencerahkan, tetapi ternyata tak jarang bangunan reformasi bersifat abal-abal. Mengingat kebenaran pada masa reformasi sulit dibedakan antara hitam dan putih, semua terasa sulit saat memilah antara sesat dan benar menjadi abu-abu kebenaran.

Masa reformasi tak jarang geliat kebebasan dan keterbukaan disalah-gunakan. Sehingga menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang menyimpang dari kearifan lokal, tentu peristiwa reformasi yang disalah-gunakan harus diluruskan sesuai dengan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Islam tradisional pada masa reformasi sebagai garda depan dalam membangun sebuah gagasan dengan mengangkat kearifan lokal yang berpangkal pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah sinergi yang saling melengkapi antara masyarakat pribumi dengan iklim sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.

Pendidikan salah satu pintu gerbang terbesar pada masa reformasi dalam mengubah sendi-sendi kehidupan. Sehingga banyak sekali paradigma pemikiran dari bangsa asing yang hadir dalam dunia pendidikan. Mengingat pendidikan salah satu tempat yang tepat dalam membentuk karakter masyarakat yang sesuai dengan kepentingan para politisi.

Pada masa reformasi sudah semestinya dimulai dengan membangun paradigma pemikiran yang berakar pada kearifan lokal. Karena kearifan lokal merupakan jati diri sebuah bangsa, apabila jati diri sebuah bangsa tidak mendapatkan tempat yang semestinya, tentu sangat mengkhawatirkan akan terjadi polemik sosial yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Memberdayakan kearifan lokal, tentu disertai nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah realita yang saling bersinergi satu sama lain. Karena kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah perpaduan antara ruh dan raga.

Keberadaan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas, sudah semestinya pada masa reformasi menjadi acuan dalam membangun sebuah bangsa dan negara. Karena kalau sebuah bangsa dan negara hanya bertumpu pada kebebasan dan keterbukaan, tentu akan terjadi sebuah penyimpangan dalam kehidupan. Mengingat kebebasan dan keterbukaan belum mempunyai jenis kelamin yang jelas.

Kebebasan dan keterbukaan sudah seharusnya tidak berjenis kelamin ganda, tetapi berjenis kelamin pada akar kehidupan masyarakat lokal, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat antara masyarakat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi tak jarang dimanfa'atkan segelintir kelompok dengan mengatasnamakan HAM, tetapi pada substansinya segelintir kelompok tersebut, ingin memasukkan paradigma pemikiran yang bersandarkan pada gerakan westernisasi.

Lalu muncul pertanyaan dari lubuk hati yang paling dalam, kebebasan dan keterbukaan seperti apa yang tepat pada masa reformasi? Jawabannya sederhana, tentu tidak lain dan tidak bukan, kebebasan dan keterbukaan yang sesuai dengan falsafah kearifan lokal dengan bersandar pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dapat menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang sehat ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT selalu memberi rahmat dan berkah kepada para pembaca tulisan singkat ini, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........